Selasa, 09 Januari 2018

Selalu Hadir Kendala Ketika Semangat Membara

Hari ini, Selasa 9 Januari 2017 adalah hari yang kita awali dengan sangat baik. Bangun tidur kurang dari jam 2 pagi, dilanjutkan dengan jam tahfizh. Saya dan santri terrajin dalam pandangan saya. Dia santri yang penuh potensi sebenernya. Jam 04.00 sudah setoran, awal yang baik.

Kemudian, ummi memberi taujih (pengarahan) pada jam 04.10 setelah berdiskusi denganku dan kak ira di asrama. Tumben2 taujihnya dadakan, biasanya kami diskusi ba'da shubuh. Apa tidak baiknya ba'da shubuh saja, pikirku.

"Hari ini akan ada 2 orang yang akan masuk ke pondok. Dia yang pernah hadir di acara khataman ziyadah Tsabita 30 juz. Dia sudah punya hafalan beberapa juz. Kalian harus siap kalau nanti digilas, dikejar hafalannya. Hayolah tinggkatkan kesungguhan kalian." Nasihat ummi yang seperti mengancam kami semua.

Setelah bicara 40 menit dan beberapa candaan ummi yang membuat kami tertawa, suasana mujahadah (sungguh-sungguh) sudah mulai  terlihat. Nampaknya nasihat ummi dapat merasuk ke mereka.

Dan benar, tidak ada perjuangan tanpa hambatan. Dibalik kesungguhan kami semua, ada ujian.

Pertama, drama panci berjalan. Panci yang berisi sup bakso sisa kemarin ada yang meindahkan ke wastafel. Bukan soal baksonya, tapi soal kejujuran yang ingin ka ira tanyakan. Kita semua berdiri di samping meja makan dan beberapa berdiri di dekat kompor dan wastafel. Lama sekali pertanyaan dar ka ira dan penjelasan terbelit2 dari santri kami. Hello. Ini masalah kecil sebenarnya. Tapi kenapa baru sekarang ditanyakan kalau hanya untuk sekedar menguji kejujuran. Ini bener2 perangkap syaithan ketika semangat ini sedang membara. Sekali lagi, hello..

Kedua, lanjut besok ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar